Student Panel ICRE 2024: Memahami Israf dan Al-Mizan sebagai Solusi Ekologi Islami
Student Panel ICRE 2024: Memahami Israf dan Al-Mizan sebagai Solusi Ekologi Islami

Semarang – Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menyelenggarakan International Conference on Religion and Environment (ICRE) pada 11-12 Desember 2024 di MG Setos Hotel, Semarang. Mengusung tema "Interfaith Voices for the Environment: The Role of Religion for Sustainable Planet", konferensi ini bertujuan mengajak umat beragama dari berbagai latar belakang untuk bersatu dalam menjaga kelestarian bumi melalui pendekatan berbasis agama.
Pada sesi student panel yang berlangsung pada hari pertama, sejumlah makalah inovatif dipresentasikan, membahas hubungan yang kompleks antara agama, lingkungan, dan perilaku manusia. Salah satu temuan utama yang disorot adalah penelitian mengenai konsep Israf (pemborosan) dalam hukum Islam. Penelitian ini mengungkapkan bahwa prinsip hemat dalam ajaran Islam memiliki relevansi penting dalam menghadapi krisis ekologis yang kita hadapi saat ini. Para peneliti menekankan bahwa larangan terhadap pemborosan dapat menjadi strategi yang efektif untuk melestarikan lingkungan.
Selain itu, studi lainnya menunjukkan bagaimana pendekatan yang melibatkan sosial, sains, dan agama dapat diintegrasikan untuk menciptakan model pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Penelitian ini menegaskan bahwa solusi terhadap tantangan lingkungan memerlukan sinergi antara berbagai disiplin ilmu yang melampaui batas-batas pengetahuan konvensional.
Salah satu presentasi menarik membahas studi kasus Bakti Lingkungan Djarum Foundation, yang menunjukkan bagaimana inisiatif berbasis spiritual dapat mendorong praktik keberlanjutan lingkungan di Indonesia. Konsep Al-Mizan juga diperkenalkan sebagai kerangka filosofis yang dapat digunakan untuk memahami dan mengatasi perubahan iklim, dengan menekankan pentingnya peran agama dalam upaya pelestarian lingkungan.
Penelitian lain yang tidak kalah menarik adalah analisis semiotik terhadap pesan-pesan krisis lingkungan yang terkandung dalam lirik lagu dan dekorasi masjid. Penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran lingkungan dapat disampaikan melalui berbagai media budaya dan seni, yang memberikan sudut pandang baru dalam menyikapi isu-isu lingkungan.
Studi komparatif antara pandangan agama Kristen (Amsal 3:19-22) dan Islam (Al-Qassas:77) mengenai hubungan manusia dengan lingkungan juga disajikan, memperlihatkan kesamaan pandangan kedua agama tentang pentingnya menjaga kelestarian alam. Penelitian ini juga mencakup analisis terhadap tradisi lokal seperti Nyadran Kali di Gunungpati, Semarang, yang dilihat dari sudut pandang budaya dan etika lingkungan.
Nibras Cahya Dirgantara, salah satu peserta student panel dari UIN Walisongo, mengangkat relevansi lagu Tahun 2000 dalam konteks tantangan ekologis yang kita hadapi saat ini. Meskipun lagu ini ditulis bertahun-tahun yang lalu, pesan yang terkandung di dalamnya tetap relevan mengingat krisis lingkungan global yang semakin mendesak. Nibras menunjukkan bahwa seni, agama, dan kesadaran ekologis bisa menjadi alat efektif untuk menyampaikan pesan lingkungan kepada masyarakat.
“Penelitian saya menunjukkan bahwa agama bukan hanya sebagai sistem kepercayaan, tetapi juga sebagai sumber inspirasi yang dapat menyampaikan kesadaran lingkungan melalui berbagai media,” jelas Nibras.
Konferensi ini menegaskan bahwa mahasiswa tidak hanya mampu menghasilkan penelitian berkualitas, tetapi juga memberikan solusi praktis bagi masalah lingkungan melalui pendekatan integratif antara agama, sains, dan budaya. Mereka menunjukkan bahwa dialog antar disiplin ilmu dan kepercayaan adalah kunci untuk mengatasi permasalahan lingkungan global.
Komentar
Posting Komentar